Cemburu tidak selalu menjadi ekspresi cinta. Cemburu itu
seperti dua sisi dari keping mata uang dimana ada kalanya
menjadi bukti cinta pada pasangan, ada kalanya menjadi
tanda dari ketidaknyamanan atau kecemasan dalam diri
seseorang.
Cemburu dapat menjadi bukti cinta ketika kita dapat
mengolah secara positif. Contohnya, seorang suami akan
merasa tersanjung ketika istri menunjukkan tanda cemburu.
Hal ini membuktikan sang istri benar-benar menyayangi
dirinya. Sedangkan, cemburu akan menjadi tanda
ketidaknyamanan dalam diri ketika kita melarang pasangan
untuk berteman dengan orang lain, memata-matai kegiatan
pasangan, atau bertindak kasar pada pasangan.
Cemburu dapat berpotensi merusak hubungan ketika
seseorang terlalu mengekang pasangannya. Misalnya,
seorang istri terus menerus menghubungi suaminya ketika
jam kerja untuk memantau keberadaan dan perilaku ketika
di kantor. Hal ini tentunya dapat mengganggu kinerja suami.
Terlebih lagi, jika istri bersikap memaksa atau menuntut
suami untuk mengikuti keinginannya. Dalam jangka panjang,
bukan tidak mungkin suami akhirnya merasa lelah dan menjauh
dari istri.
Cemburu pada masa lalu pasangan masih dapat dibilang wajar
asalkan tidak berlebih-lebihan dan masih dapat mengolah
rasa cemburu tersebut dengan cara yang positif. Cemburu
pada masa lalu pasangan disebut sebagai reactive jealousy
dimana seseorang bersikap waspada dengan ancaman yang
realistis. Misalnya, pasangan menyatakan pernah menyukai
orang lain di masa lalu. Hal tersebut nyata terjadi dan
tidak dapat diubah sehingga wajar muncul rasa cemburu.
Berbeda dengan suspicious jealousy dimana seseorang terlalu
mencurigai pasangan dan kecurigaan tersebut tidak sesuai
dengan fakta yang ada.
Cemburu dan posesif
Cemburu dan posesif memiliki keterkaitan. Rasa memiliki yang
terlalu kuat (posesif) membuat orang tidak dapat berpikir
secara realistis atau “cemburu buta” sehingga reaksi yang
dimunculkan tampak berlebihan. Orang yang posesif
menganggap pasangannya sebagai miliknya sendiri sehingga
tidak membiarkan pasangan untuk bersosialisasi atau
mengembangkan diri. Orang yang posesif ini akhirnya akan
merusak hubungan dengan pasangannya sendiri. Oleh karena itu,
cemburulah dengan wajar dan berusaha mengolah rasa cemburu
secara positif.
Cemburu dan percaya diri
Rasa cemburu memiliki keterkaitan dengan kepercayaan diri.
Namun, bukan berarti orang yang memiliki rasa percaya diri
tinggi tidak pernah merasa cemburu. Karena dalam sebuah
hubungan, hal yang terpenting adalah pandangan pasangan
terhadap dirinya. Apakah pasangan merasa nyaman ketika
bersama dirinya. Selain itu, tergantung pula seberapa besar
pasangan membutuhkan dan menyukai dirinya daripada seberapa
besar ia menyukai atau percaya terhadap dirinya sendiri.
Jika seseorang menjadi pihak yang kurang dibutuhkan atau
disukai oleh pasangan, maka hal ini dapat menjadi potensi
masalah. Karena ia akan beranggapan bahwa ada orang lain
yang lebih baik untuk pasangannya. Akhirnya, ia akan
merasa kurang pantas untuk menjadi pasangan dari suami
atau istrinya. Jadi, wajar jika mereka bereaksi sangat
keras ketika muncul “saingan” diantara hubungan mereka.
Cara mengelola cemburu dalam diri
Tahap pertama adalah mengenali rasa cemburu itu sendiri.
Kita harus mengenali akar dari munculnya rasa cemburu,
mengenali mengapa bisa muncul dan mengganggu pikiran.
Kemudian hadapi ketakutan untuk mengenal pasangan dengan
lebih mendalam. Ekspresikan rasa penasaran kita dengan
cara yang baik. Cobalah bicarakan dan ungkapkan perasaaan
cemburu pada pasangan. Tidak perlu membuat asumsi yang
macam-macam tentang pasangan. Misalnya, jika pasangan
mengatakan akan pulang terlambat karena lembur, coba
tanyakan berapa lama waktu yang akan dihabiskan untuk
menyelesaikan pekerjaan. Selain itu, ubahlah kecemburuan
dengan mengolahnya dengan cara yang baik. Berusaha tetap
tenang dan menghindari merasa marah atau malu dengan
adanya situasi tidak menyenangkan. Kita juga perlu
lebih memperhatikan penampilan dan menunjukkan rasa percaya
diri kita pada pasangan. Jika semua cara di atas telah
ditempuh tetapi tetap mengalami cemburu berlebihan,
mungkin sudah waktunya mencari bantuan psikolog atau
konselor pernikahan untuk mengatasi perasaan dan
pikiran irasional.
Menghadapi pasangan yang pencemburu
Untuk menghadapi pasangan yang sangat pencemburu perlu
dihadapi dengan hati-hati. Hal pertama yang perlu dilakukan
adalah menjalin kedekatan secara emosional. Bersikaplah
jujur pada pasangan atas semua perkataan dan tindakan agar
pasangan dapat percaya pada diri kita. Diskusikan dengan
pasangan ketika sudah tenang dan berpikiran jernih.
Hindari berdiskusi dengan rasa marah. Diskusikan sikap
yang dapat dan tidak dapat kita terima dalam menjalani
hubungan pernikahan. Puji pasangan atas hal-hal yang
telah dilakukan setiap hari. Sebagian besar rasa cemburu
muncul karena cemas dan tidak nyaman dengan dirinya sendiri.
Dengan memuji pasangan, maka dapat membuatnya merasa nyaman
dengan hubungan selama ini. Selain itu, jaga hubungan
dengan orang yang dapat memicu kecemburuan pasangan.
Hindari juga situasi yang dapat membuat pasangan cemburu.
SUMBER : http://www.psikologikita.com/?q=psikologi/mengelola-cemburu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar