Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Senin, 12 Maret 2012

Manusia dan Kebudayaan

Hubungan antara mansuai dan kebudayaan selayak uang logam dengan dua sisinya, artinya antara manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan. Tidak akan ada kebudayan tanpa ada manusia dan manusia tidak akan pernah mencapai puncak potensinya sebagai manusia tanpa berkebudayaan. Di dalam kebudayaan itulah manusia dibentuk, tetapi kebudayaan juga merupakan cermin dari perkembangan manusia pemilik kebudayaan tersebut. Proses perkembangan kabudayaan tidak akan pernah berhenti seiring dengan terus mengalirnya kebutuhan manusia sebagai pemilik kebudayaan tersebut yang juga tidak pernah berhenti. Manusia dengan kemampuan akal dan budinya, terus mengembangkan berbagai macam sistem tindakan demi memenuhi keperluan hidupnya, dan ini diperoleh dengan cara belajar (learned behavior). Dari proses belajar itu selanjutnya timbul apa yang dinamakan kebudayaan.
Kebudayaan menurut koentjaraningrat (1990 : 180) diartikan sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyuarakat yang dijadikan milik dari manusia dengan belajar. Definisi ini menunjukkan bahwa hampir semua tindakan manusia adalah kebudayaan, karena amat sedikit tindakan manusia dalam rangka kehidupan bermasyarakat yang tak perlu dibiasakan dengan belajar. Tindakan manusia yang tidak perlu dibiasakan dengan belajjar biasanya berupa tindakan naluriah, tindakan bawah sadar, bebrapa proses fisiologi, atau tindakan membabi buta. Bahkan berbagaoi tindakan manusia yang sifatnya naluriah yang terbawa dalam gennya bersama kelahiranya (seperti makan, minum, atau berjalan dengan kedua kakinya) pada akhirnya juga diubah menjadi tindakan kebudayaan. Secara naluriah menusia memang mempunyai tindakan yang berupa makan, minum atau berjalan.
Tetapi cara-cara sopan santun dalam makan, minum dan berjalan yang seringkali rumit, harus dipelajarinya terlebih dahulu. Manusia ketika makan tidak hanya sekedar mengambil makanan dengan tangannya dan memasukkannya ke dalam mulut. Dalam kegiatan makan tersebut manusia menggunakan berbagai alat makan yang cara penggunaannya harus dipelajari, misalnya bagaimana berbagai alat makan yang cara penggunaannya harus dipelajari, misalnya bagaimana cara menggunakan sendok dan garu, menggunakan pisau atau mangkuk sup. Dalam makan tersebut juga harus mengikuti sopan santun makan yang juga harus dipelajari, misalnya bagaimana makan dalam perjamuan resmi, bagaimana sopan santun makan dalam kalangan bangsawan, dan lain-lain.
Proses belajar kebudayaan yang dilalui manusia dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok proses belajar yaitu :
  1. PROSES INTERNALISASI
Proses belajar ini merupakan suatu proses yang amat panjang, yang dimulai sejak seorang manusia dilahirkan sampai ia hapmpir meninggal, di mana ia belajar menanamkan dalam kepribadiannya segala perasaan, nafsu serta emosi yang diperlukannya sepanjang hidupnya. Intinya proses internalisasi merupakan proses di mana individu belajar menanamkan dalam kepribadiannya segala perasaan, hasrat, serta emosi yang diperlukan sepanjang hidupnya (koentjaraningrat, 1996 : 228). Yang terjadi pada proses internalisasi ini adalah bahwa individu mengidentifikasikan dirinya dengan kelompok serata norma-norma kelompok tersebut. Proses internalisasi ini memegang peranan penting dalam perkembangan individu sebagai makhluk sosial.

  1. PROSES SOSIALISASI
Dalam proses sosialisasi, seorang individu dari masa kanak-kanak hingga masa tua belajar tentang pola-pola tindakan dalam interaksi dengan beraneka ragam individu di sekelilingnya yang menduduki beraneka macam peranan sosial yang mungkin ada dalam kehidupan sehari-hari. Proses sosialisasi ini, menuru Charlotte Buehler (Suseno, 1980 : 12) adalah proses yang membantu individu, melalui belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup dan bagaimana cara berfikir kelompoknya, agar dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya. Dalam proses pendewasaan manusia berdasarkan pengalamannya sendiri selalu akan terbentuk suatu sistem perilaku (behaviour system) yang juga ikut ditentukan oleh watak pribadinya, yaitu bagaimana ia akan memberi reaksi terhadap suatu pengalaman. Akhirnya sistem prilaku inilah yang akan menentukan dan membentuk sikapnya terhadap sesuatu.

  1. PROSES ENKULTURASI
Enkulturasi sudah dimulai sejak kecil dalam alam pikiran warga suatu masyarakat. Enkulturasi dimulai ketika individu masih dalam lingkungan kelurga, kemudian dalam lingkungan teman-teman bermainnya, di mana seringkali ia belajar meniru berbagai macam tindakan. Sudah tentu ada juga norma yang diajarkannya kepadanya dengan sengaja tidak hanya di lingkungan keluarga, tetapi juga secara formal di sekolah (koentjaraningrat, 1986 : 233). Dalam enkulturasi, diserap hal-hal khusus dari kebudayaan, seperti nilai-nilai kontrol sosial, prasangka, sikap, gaya, bahasa, yang kemudian menjadi pegangan dalam bertingkah laku, misalnya kebiasaan membelikan oleh –oleh kepada kerabat dekat atau pada para tetangga yang tinggal di sekitar rumahnya bila bepergian ke suatu tempat yang jauh yang sudah merupakan aturan yang tidak tertulis yang didapatkan dari kecil.
Dalam rangka proses enkulturasi itu maka individu telah belajar cara – cara untuk bergaul dengan tiap individu dalam lingkungan, kerabat dan tetangga tadi, dan ia telah mengembangkan tindakan yang berbeda dalam menghadapi mereka masing-masing.
Selanjutnya hubungan antara manusia dan kebudayaan dapat di lihat juga dari kedudukan manusia terhadap kebudayaan tersebut. Sehubungan dengan kedudukan manusia terhadap kebudayaannya maka terdapat empat kedudukan yaitu sebagai beriktu (Krech, 1986).
Pertama, Manusia bertindak sebagai penganut kebudayaan (creature of culture). Sebagai penganut kebudayaan maka sejak kecil manusia sudah dimotivasi untuk berkelakuan sebagaimana yang dikehendaki kebudayaannya di semua situasi.
Kedua, individu juga bertindak sebagai pembawa kebudayannya. Sebagai pembawa kebudayaan, individu memainkan peranan yang lebih aktif dan positif yaitu sebagai pentransmisi kebudayaan kepada generasi berikutnya.
Ketiga, Individu juga bertindak sebagai manipulator, di mana dengan menggunakan sikap, nilai, dan pola-pola perilaku yang umum berusaha mencapai kepentingannya.
Keempat, individu bertindak sebagai pencipta kebudayaan (creator of culture), sebagai pencipta kebudayaan maka kebudayaan merupakan motor penggerak bagi perubahan kebudayaan.
SUMBER : http://ucu-syarief.blogspot.com/2011/01/makalah-tentang-ilmu-budaya-dasar.html

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar